Top Social

Dikotomi Benar dan Salah

|



Saat saya SMP, saya selalu berpikir hanya ada dua tipe orang di dunia ini, baik atau buruk dan benar atau salah. Hal tersebut juga berlaku pada diri saya sendiri. Jika yang saya lakukan tidak sepenuhnya benar, maka yang saya lakukan salah total. Pikiran saya tersebut membuat saya mengelompokkan orang-orang yang saya kenal ke kategori “baik dan benar” atau “buruk dan salah”. Jika diibaratkan dengan warna, saya hanya mengenal dua warna di dunia ini hitam dan putih. Hal tersebut membuat saya menganggap orang-orang yang tidak sejalan dengan saya adalah orang-orang yang buruk dan salah. Pemahaman saya tersebut membuat saya mudah sekali memasukkan seseorang ke kategori salah. 

Misalnya ketika teman saya melakukan satu kesalahan, saya akan memasukkannya ke kategori salah dan mengeneralisaikannya dengan menganggap dia akan menjadi orang yang terus berbuat salah di masa yang akan datang. Contoh lainnya ketika melihat teman-teman saya yang memakai seragam tidak sesuai peraturan saya menganggap mereka buruk dan salah. Hal tersebut dikarenakan saya menyadari mereka sengaja melakukannya. Akibatnya saya tidak mau mendekati mereka karena saya takut mereka membuat saya menjadi buruk dan salah.

Saya terkejut ketika saya mengobrol dengan teman-teman saya yang melanggar peraturan. Saya mendapati mereka yang pernah melanggar peraturan sekolah ternyata juga memiliki kesamaan pandangan dan nilai-nilai dengan yang saya miliki. Mereka tidak seburuk yang saya kira.  Saat itu saya menyadari kesalahan terbesar saya adalah mengeneralisasi. Teman-teman saya yang melanggar peraturan mengenai seragam sekolah memang bersalah tetapi mereka belum tentu mereka bersalah dalam semua hal dan belum tentu mereka akan melanggar semua peraturan sekolah. Selain itu, kesalahan yang mereka lakukan belum tentu membuat mereka menjadi pribadi yang buruk.

Saya merasa malu pada diri saya sendiri karena ternyata saya memiliki sudut pandang yang sempit.  Percakapan saya dengan teman-teman saya membuka mata saya untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan mengenai seseorang. Seharusnya saya mengenal dahulu seseorang dengan baik seseorang sebelum membuat penilaian atau label tentang mereka. Saya seharusnya menyadari bahwa sebagai manusia saya tidak mungkin selalu benar karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

Pelajaran yang paling berharga yang saya dapatkan adalah ternyata cara pandang saya selalu menganggap sesuatu jika tidak sepenuhnya benar maka salah adalah hal yang kurang baik. Tidak baik mendikotomi teman-teman saya ke dalam dua kategori. Menyadari kesalahan tersebut, saya pun bertekad untuk memperbaiki diri saya. Saya berusaha untuk memperluas cara pandang dan cara pikir saya sehingga saya tidak lagi mendikotomi segala sesuatu ke dalam kategori “baik dan benar” atau “buruk dan salah”. Dunia ini tidak hanya terdiri dari hitam dan putih bukan?


Terinspirasi
Critelli, J.W. (1987) Personal growth and effective behavior. Florida : Harcout Brace Jovanovich Inc.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Post Signature

Post Signature