Top Social

Takut Senior

|

“Orang bijak belajar dari kesalahan orang lain 
sementara orang bodoh belajar dari kesalahan diri sendiri”

 Gue pernah denger kata-kata bijak itu waktu kecil (entah dari siapa, kapan dan bagaimana), yang jelas kata-kata tersebut memengaruhi hidup gue sampai sekarang karena kata-kata bijak tersebut pernah gue jadikan nilai/prinsip dalam hidup gue. Gue ingat ketika menemukan kalimat tersebut gue merasa kebingungan sehingga kemudian gue bertanya kepada Umi mengenai arti kalimat tersebut. Umi  menjawab bahwa kalimat tersebut berarti orang bijak belajar dari pengalaman orang lain, mengambil hikmahnya sehingga tidak melakukan kesalahan, sementara orang bodoh tidak belajar dari pengalaman orang lain sehingga dia sering melakukan kesalahan. Umi gue menjelaskan salah satu cara menjadi orang bijak adalah mendengarkan nasehat orang tua karena orang tua lebih berpengalaman, sehingga diharapkan jika gue mendengarkan nasehat orang tua gue tidak melakukan kesalahan yang sama dengan yang telah dilakukan mereka. Semenjak saat itu, gue berusaha sebisa mungkin mendengarkan nasehat orang tua dan belajar sebanyak-banyaknya dari lingkungan di sekitar gue agar gue dapat menjadi orang bijak. Tapi kata-kata bijak tersebut membuat gue menganggap diri gue bodoh tiap kali gue melakukan kesalahan. Gue baru mulai berhenti menggunakan kata-kata bijak tersebut ketika SMA gue mendengar kata-kata bijak, berupa “Orang pintar adalah orang yang belajar dari kesalahan sendiri sementara orang bodoh adalah orang yang tidak belajar dari kesalahan.” Gue tentu saja kaget mendengarnya karena ternyata penggolongan orang tidak hanya terbatas orang bijak dan bodoh tapi masih ada orang pintar dan orang bodoh. Hal yang sempat membingunkan gue adalah fakta bahwa ada dua penjelasan berbeda mengenai orang bodoh. Tapi akhirnya gue memilih mendefinisikan ulang tentang orang bodoh.


Itu yang gue ketahui.. Gue pikir kata-kata “Orang bijak belajar dari kesalahan orang lain sementara orang bodoh belajar dari kesalahan diri sendiri” sudah gue buang jauh-jauh.. tapi ternyata tidak. Secara tidak langsung, kata-kata bijak tersebut berperan membuat gue takut sama senior. Dari film yang gue tonton, dari novel yang gue baca, gue sering nemu tokoh senior/kakak yang suka nge-bully adiknya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun, gue sering menemukan sosok kakak yang suka nge-bully. Walaupun diri gue sendiri seorang kakak tapi gue menganggap gue termasuk pengecualian karena gue jarang ngebully. Salah satu peristiwa yang cukup membekas dalam hidup gue adalah ketika gue melihat temen-temen sebaya gue, yang waktu itu duduk di bangku kelas 5 SD, melabrak junior yang melakukan kesalahan. Peristiwa labrak-melabrak ini ternyata terus berlanjut sampai SMP. Gue ngga pernah jadi korban sih, lebih sering jadi observer, dan kadang kesalahannya menurut gue sepele, kayak dianggap ngga sopan (pakai standar kesopanan yang mana?) , pakai make up ke sekolah (dianggap kecentilan), dll.

Hal lain yang gue perhatiin adalah junior yang dilabrak sama senior adalah junior yang dikenal sama senior, sementara junior yang ngga dikenal sama senior ya ngga dilabrak.  Lesson learn: jangan kenal deket sama senior karena ada kemungkinan gue bakal dilabrak sama mereka. (kenapa gue punya potensi? di rumah, umi sering bilang kalau gue itu ngga sopan dan bagaimana kalau gue dilabrak sama senior karena alasan yang sama? dan gue juga ngga yakin gue bisa jadi flawless junior). Akhirnya gue pun memutuskan untuk selalu main sama temen sebaya/seangkatan (bahkan sampai berharap kalau nikah nanti sama temen seangkatan aja) dan tidak mencoba dekat dengan senior( kecuali sebatas urusan kerja seperti OSIS dan ekstrakurikuler). Selebihnya pokoknya minimalisasi kontak. Ya, gue pengen jadi orang bijak belajar dari kesalahan orang lain (junior yang dilabrak itu yang dikenal) sementara orang bodoh belajar dari kesalahan diri sendiri.

Hal yang tidak gue sadari adalah gue mengambil kesimpulan yang salah dan keputusan gue untuk meminimalisasi kontak dengan senior membuat gue punya ketakutan yang irrational terhadap senior. Gue baru menyadarinya ketika gue masuk psikologi UI dan dapet tugas untuk mewawancara senior, gue sangat takut (keringat dingin) untuk memulai menyapa senior terlebih dahulu, bahkan pernah beberapa kali gue pusing dan merasa mau muntah saat mencoba mendekati senior. Ya bisa ditebak, gue gagal dalam tugas gue mewawancarai senior. Dalam pandangan gue, yang ada adalah sosok senior yang akan melabrak juniornya ketika juniornya melakukan kesalahan. Karena minimnya kontak dengan senior, kalaupun bertemu senior yang baik, gue selalu menganggap mereka adalah pengecualian, sama seperti halnya gue sebagai senior. Gue ngga mau jadi senior yang melabrak adik kelas maka dari itu gue ngga peduli sama adik kelas, mau mereka jungkir balik depan gue, bakalan gue biarkan.

Pas belajar psikologi abnormal kemarin, gue jadi tahu kalau ketakutan itu akan membesar jika kita sering menghindar dari objek yang kita takuti sehingga kita tidak tahu kondisi objek yang sebenarnya, sehingga pikiran-pikiran takut yang irrational yang justru menguasai kita. Salah satu cara untuk mengatasi rasa takut tersebut adalah dengan menghadapinya sehingga kita bisa mengetahui kondisi objek yang sebenarnya.

Walaupun gue baru tahu teorinya pas semester 5, gue udah berjanji ke diri gue sendiri bahwa gue harus mencoba membuka diri terhadap senior pas di semester 4 (bertepatan pas gue masuk SALAM UI i5) dan gue bersyukur banget bisa kenal dengan para PI & BPH SALAM UI i5 (kebanyakan senior) karena mereka membantu gue belajar bahwa senior itu tidak menakutkan. Mereka manusia biasa, punya beragam karakter, Mereka tidak menginggit dan juga menyalak. hehe… :D

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung :D
Yang menulis belum tentu lebih pintar dari yang membaca
Jadi, silahkan kalau mau memberikan kritik, saran, umpan balik & pujian.
:D

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Post Signature

Post Signature