Top Social

Not a Lie but an Illusion

|


Aku baru selesai menonton Film Me and Earl and The Dying Girl. Me and Earl and The Dying Girl adalah adaptasi film dari novel berjudul sama karya Jesse Andrews. Film ini menceritakan bagaimana hidup Me (Greg) berubah setelah ibunya memaksa dia untuk berteman dengan cewek sekara atau The Dying Girl (Rachel Kusher).

Kalian bisa membaca review bukunya disini.

Salah satu adegan yang berkesan dalam film itu adalah saat Earl menjelaskan kepada Rachel mengapa Greg jarang menyebut seseorang sebagai teman.
Earl menjelaskan bahwa ibu Greg menyebut Greg tampan dan Greg menganggap ibunya berbohong karena
a. Ibu mana yang tidak bilang anaknya tampan
b. Greg tidak merasa tampan dan membenci dirinya sendiri.

Melihat adegan tersebut membuatku berefleksi akan pengalamanku. Karena sama seperti Greg, aku juga tidak percaya ketika Umiku bilang aku cantik.

Aku pernah cerita panjang lebar mengenai pengalamanku tidak merasa cantik disini.

Melihat kondisi Greg membuatku sadar bahwa ibu Greg maupun umiku tidak berbohong. I mean seseorang disebut bohong ketika berbicara tidak sesuai fakta/realita, bukan? (bukan berarti Greg tampan dan aku cantik). Hanya saja di mata Ibu Greg, Greg tampan dan di mata umiku, aku cantik. Mereka mencintai kami sehingga melihat kami dalam kacamata yang lebih positif. Bagi Ibu Greg, Greg tampan adalah realita.
Fenomena tersebut tidak tepat disebut sebagai kebohongan tapi ilusi. Psikologi menyebutnya positive illusion atau ilusi positif. Ketika kita mencintai seseorang, kita melihat mereka dalam positive light.

Sama saat kita jatuh cinta, sering kali kita melihat orang yang kita cintai lebih tampan/cantik sementara teman-teman kita sering kali tidak paham apa yang membuat kita merasa dia lebih tampan/cantik. Mungkin karena itu ya orang sering bilang kalau cinta itu buta. :)

Untuk tahu lebih lanjut mengenai positive illusion bisa baca:
Positive Illusions in Romantic Love: "You're the Nearest Thing to Heaven"
dan
The Eyes of Love


Pengalaman Belanja Lemari Buku di Blibli.Com

|

Aku butuh lemari buku. Buku-buku di kosanku sudah terlalu banyak.sebagian kusimpan di atas meja belajar, di dekat jendela dan di lemari baju. Bahkan beberapa koleksi bukuku aku tinggalkan di kantor karena aku sudah tidak tahu harus menaruh buku dimana lagi di kosanku.

Masalahnya adalah harga lemari buku itu mahal, belum biaya ongkos kirimnya. Selain itu, uangku sering habis untuk beli buku. Jadi hingga beberapa waktu lalu, aku belum juga membeli lemari buku.

Sampai kemudian pada pagi hari di tanggal 8 November, aku melihat status facebook temanku, Nana.

Membaca testimoni Nana, aku pun langsung meluncur ke situs blibli.com.
Ternyata rak buku yang temanku Nana beli memang sudah habis stocknya.

Setelah melihat-lihat dan meminta pendapat temanku Retno dan Umiku ,akhirnya aku memutuskan membeli FUNIKA 13227 DBR Rak Buku - Coklat Tua [7 Kotak]. Murah dan lumayan banget harganya. :D

Aku memesan tanggal 8 November dan memilih pembayaran via transfer l.
Sayangnya untuk opsi pembayarannya via transfer, tidak ada transfer pilihan bank BNI, adanya Mandiri, BCA, dan atm bersama. Aku pun akhirnya memilih transfer atm bersama. Aku mendapat instruksi seperti ini :

Kunjungi ATM terdekat yang memiliki logo ATMBersama
Pilih fitur transfer
Pilih menu transfer antar Bank
Masukan kode 987 dilanjutkan dengan nomor rekening tujuan XXXXXXXXX
Masukan nominal transaksi
Konfirmasi data pembelian anda
Klik next/oke
Transaksi selesai
Pembayaran akan langsung terkonfirmasi setelah proses transaksi selesai.

Selesai mentrasfer via atm, aku terkejut ketika beberapa menit bersalang melihat status pembayaranku sudah diterima tanpa aku harus membuat konfirmasi pembayaran. Wah Blibli.com keren sekali 😊👍 Habis selama ini kalau belanja online via transfer bank, perubahan status konfirmasi pembayarannya biasanya makan waktu sehari atau beberapa jam. Selain itu, aku harus melakukan konfirmasi pembayaran. Aah salut sama Blibli.com 😊 Keep up the good work (๑و•̀ω•́)و

O ia, hal yang lain aku sukai dari belanja lemari buku di Blibli.com adalah fasilitas free handling dan free ongkirnya 😊

Meski free ongkir, pengiriman barangnya tidak lama alias cepat sampai. Aku menerima paket lemari buku tanggal 10 November padahal di tulisan perkirakannya akan tiba antara tanggal 12-18 November. Alhamdulillah 😃



 Ternyata warna cokelat dari lemari buku yang kubeli lebih tua dari yang ada di gambar. Untungnya aku lebih suka warna cokelat tua. Jadi aku tidak merasa keberatan.


Terima kasih blibli.com ! Sekarang buku-bukuku memiliki rumah baru.
 \(○^ω^○)/

Thank you Rizka

|

We always think there's enough time to do things with other people. Time to say things to them. And then something happens and then we stand there holding on to words like 'if'.
Fredrik Backman, A Man Called Ove

Assalamualaikum Rizka, 
I wanna said thank you for being part of my life.
Thank you for introduce me to islamic psychology. 
I did not know such things exist if you did not show me the way. 
I am really thankful Allah show His guidance through you.
Thank you for let me borrow The Dilemma Of Muslim Psychologists by Malik Badri. 
The book made me realize I am not critical enough. 
I did not compare what I learned in psychology with al-quran and hadith.
Thank you for invited me to become member whatsapp group: Muhajirin Anshar 19 Psychology Islam. 

Thank you for being role model. 
I admire your passion and enthusiasm about islam and psychology. 
Do you know what? I was once imagined that one day you'll be lecturer and expert in islamic psychology. 
I will read your paper and attend your lecture. 

But now you are gone. 
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. 
It felt too soon and too sudden for me. 
I am really sad.
I did not know that I could be so sad when you are gone. 
You may be not my best friend but you had impact on me that nobody else could. 
I realized that after you are gone.
Silly of me, right? 

If I had a chance, I want to say thanks. Thanks for everything. 
Thank you so much for showing me how to live to the fullest.
I admire your bravery and your kindness.
To go and stand to what you believe despite anybody else pay little attention to that. 
You are one of the best muslim I've ever met. 
I hope Allah forgive your mistake and give you the best place in Heaven. 

Me and Rizka

In Memoriam Rizka Fitri Nugraheni (5 April 1992-5 November 2016) 



Get Well Soon

|
Sumber: http://instagram.com/mmaryasir


My mind has been buzzing a lot lately. It has been telling me “I am tired. I need to get out of this.”
I was confused. Why my mind telling me that? Rest is not an option. There are so many things I have to do. My work at SWA is not hard one but at this time the work load was so many because I was on deadline. Besides work, I had lot thinks to do. So many books I have not read, so many blog post idea that has not been published, so many book review that I planning to write but they have not been written until now. I did not think it is a wise decision to take a leave or rest.

Then Monday Morning, 17th October, I threw up four times. I was sick since 3rd October, but I had seen doctor and I had consumed all my medicine, I presumed that I should be getting better, but I did not. I still feel ill. 

 I tried to call my mom but she did not pick her phone. Maybe all I need is sleep then I will getting better. So I went home early from, spent all day slept then at night, I’ve already feeling better. Alhamdulillah :D

But it is temporary. In the morning, I started to feel sick again. I had a runny nose and sore throat. I told Retno about my condition and she suggested me to take a sick leave, so I did. Maybe I need a rest. Near lunch, my mom was calling me back and asked me what happened. I hesitated because I don’t want her to worry but in the end,I told her about my condition. She said she will came to Jakarta and see my condition. I replied that she did not have to do that. But she insisted that she and my step father will come to Jakarta. So, my mom and my step father went to Jakarta from Karawang. The initial plan was my parent come to see my condition and accompanied me to see doctor in Jakarta ( I can see doctor by myself but my mom said she want to accompanied me), then my mom changed her mind. She thought I’d better to see doctor in Karawang. So she told me to pack my things that I need to bring to Karawang. Yeah, I was going back to Karawang

The doctor said that I am exhausted (kecapaian) and need rest. He told me I should smile and laugh more often. He also suspected that I did not get enough sleep. Aku terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa aku kecapaian?  Aku juga cukup sering tertawa dan tersenyum. Aku termasuk orang yang tidur cepat. Jam 9 malam saja, aku biasanya sudah tidur. Dokter kemudian memberikan surat sakit untuk beristirahat sampai Kamis.

Aku bersyukur bisa berobat tapi aku merasa bersalah karena ada pekerjaan yang belum selesai kukerjakan. Aku meminta maaf kepada Mba Ratna dan berkata aku akan mencoba tetap mengerjakan pekerjaan tersebut di rumah. Tapi Mba Ratna bilang sebaiknya aku beristirahat saja.  
Jadi bisa dibilang aku menghabiskan waktuku dengan makan, minum, dan tidur. 

Setelah mendengar bahwa aku kecapaian. Aku mencoba mengosongkan pikiranku. Aku mencoba menghentikan pikiranku yang berkata “aku harus begini.. aku harus begitu..”.

Saat berbaring di kasur, aku mengira ada lebih banyak hal yang harus kulakukan tapi ternyata Allah memberikan aku sakit. Aku malah tidak melakukan apa-apa. Membuatku berpikir ulang mengenai hal-hal yang selama ini kupikir harus aku lakukan. I want to do everthing but I can’t.

Awalnya aku berpikir jawabannya adalah aku mengurangi waktu istirahatku supaya bisa mencapai semuanya, tapi Allah justru membuatku beristirahat. Membuatku merenung dan bertanya kenapa aku merasa harus melakukan semua yang ingin aku lakukan. Aku harus mengatur ulang prioritasku.


Kurasa aku mengejar perasaan bahagia karena berhasil meraih sesuatu. Aku perfeksionis dan ini  aku memiliki conditional self esteem. Aku merasa bahagia dan menyukai diriku sendiri saat aku berhasil berprestasi dan mencapai sesuatu dan aku membenci diriku saat aku tidak berhasil melakukan apa-apa.

Aku jadi bertanya, apa sih sebenarnya tujuan hidupku? Dan apakah tindakanku sudah mendukung/menunjang tujuan hidup tersebut.

Aku baru saja membaca Kebahagian yang kutahu oleh Datuk Stella Chin dan salah satu saran dalam buku tersebut adalah menerima ketidaksempurnaan. Datuk Stella Chin melepas mimpinya menjadi desainer dan memilih mendukung mimpi suaminya. Saat membaca tips tersebut aku teringat salah satu kejadian saat aku mahasiswa baru. Ada banyak UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang aku minati. Aku ingin masuk SUMA (Suara Mahasiswa, pers kampus), SALAM UI, BEM UI, RTC UI (radio UI), dan masih ada lagi. Saat aku bilang tentang keinginanku tersebut, salah seorang temanku di asrama UI berkomentar “Han, loe sebenarnya mau kuliah apa mau ikut UKM? Kalau loe ikut UKM sebanyak itu, waktu loe akan habis buat UKM.” Komentar temanku tersebut membuat aku berpikir ulang dan setelah berbagai pertimbangan pada akhirnya aku memutuskan ikut SALAM UI. Jadi bye SUMA, bye BEM UI, Bye RTC UI, bye UKM lain. I let you go.

Aku jadi berpikir mungkin itu yang aku alami saat ini mirip seperti itu. Ada banyak kegiatan yang menarik minatku tapi bukan berarti aku harus melakukan semuanya. Waktu dan kemampuanku terbatas, aku harus memilih. Aku seolah diingatkan akan sifatku sendiri. Aku ini banyak maunya. Hahahaha Tapi tidak semua keinginanku sebaiknya diikuti.

“Start doing what is necessary then do what’s possible, and suddenly you are doing the impossible” –Saint Franciss of Assisi

Dan di tengah sakit, aku jadi menyadari sepertinya  aku terlalu fokus pada hal-hal yang belum kulakukan dan hal yang tidak kumiliki. Saat sakit, aku menyadari bahwa aku masih beruntung. Aku masih punya orang tua, rumah untuk berteduh, bisa berobat ke dokter, punya kasur yang empuk, punya pakaian, dan masih banyak lagi nikmat dari Allah yang kadang aku lupakan or taking for granted. Alhamdulillah terima kasih atas semuanya ya Allah :)

GWS untuk hal-hal yang sedang tidak baik-baik saja. Apapun itu. – Ammar Yassir Jayyid



Post Signature

Post Signature